Mungkinkah kesalahpahaman dalam memahami kata kata secara
harfiah berarti perbedaan antara hidup dan mati ? hal ini bisa terjadi di bisnis
penerbangan. Sejumlah kecelakaa penerbangan diketahui berkaitan dengan masalah
komunikasi.
Kecelakaan Penerbangan terburukdalam sejarah pada tahun 1977 di Tenerife yang di penuhi kabut di Canary Island dan 73 orang tewas.
Kita bisa Melihat dari kasus ini secara tragis mengilustrasikan bagaimana kesalahan komunikasi dapat menimbulkan kensekuensi yang mematikan.
Kecelakaan Penerbangan terburukdalam sejarah pada tahun 1977 di Tenerife yang di penuhi kabut di Canary Island dan 73 orang tewas.
Kita bisa Melihat dari kasus ini secara tragis mengilustrasikan bagaimana kesalahan komunikasi dapat menimbulkan kensekuensi yang mematikan.
Fungsi-Fungsi Komunikasi.
Dalam Sebuah Kelompok atau organisasi, komunikasi memiliki
emapat fungsi utama yaitu : Kontrol, Motivasi, Ekspresi Emosional, Dan
Informasi.
Proses Komunikasi.
Sebelum Komunikasi Dapat terjadi, dibutuhkan suatu tujuan,
yang terekspresikan sebagai pesan untuk disampaikan. Pesan tsb disampaikan dari
seseorang pengirim kepada seorang penerima. Ia di sandikan (Diubah menjadi
suatu bentuk simbolis) dan dialihkan Melalu perantara (saluran)epada penerima
yang lalu menerjemahkan ulanga (membaca sandi) pesan yang di berikan oleh
pengirim. Hasilnya Adalah Transfer makna dari orang kepada orang lain.
Berikut Proses Komunikasi: pengirim, penyandian, pesan, saluran, penerjemah sandi, penerima, gangguan, umpan balik.
Berikut Proses Komunikasi: pengirim, penyandian, pesan, saluran, penerjemah sandi, penerima, gangguan, umpan balik.
Arah Komunikasi
Komuniasi dapat mengalir secara vertikal/lateral. lebih jauh, dimensi vertikal dapat di bagi menjadi aliran komunikasi ke bawah dan ke atas.
Ke-Bawah: Komunikasi yang mengalir dari suatu tingkatan dalam kelompok atau organisasi ke tingkatan yang lebih rendah disebut komunikasi ke bawah.
Ke-Atas: Komunikasi ke atas mengalir menuju tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu kelompok atau organisasi.
Lateral: Ketika komunikasi terjadi antara anggota dari kemlompok kerja sama, dan antara anggora dari kelompok kerja pada tingkatan yang sama, antar manajemen horizontal, kita menyebutnya sebagai komunikasi Lateral.
Ke-Atas: Komunikasi ke atas mengalir menuju tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu kelompok atau organisasi.
Lateral: Ketika komunikasi terjadi antara anggota dari kemlompok kerja sama, dan antara anggora dari kelompok kerja pada tingkatan yang sama, antar manajemen horizontal, kita menyebutnya sebagai komunikasi Lateral.
Komunikasi Antar Personal .
Antara lain:
Komunkasi Lisan: Srana Utama untuk menyampaikan pesan adalah Komunikasi Lisan, pidato berbagai diskusi formal satu lawa satu kelompok, serta desas desus informal atau desas desus merupakan beberapa bentuk populer dari komunikasi Lisan.
Komuniasi Tertulis: meiluputi memo, surat, faks, email, pesan instan majalah organisasional penguguman, yang tertempel di papan buletinm atau sarana sarana lain disampaikan melalu tulisan/simbiol.
Komunikasi Nonverbal: Setiap kali memberikan sebuah pesan secara nonverbal kepada seseorang, kita juga menyampaikan pesan nonverbal. sebagai contoh, disebuah bar kaum lajang, pandangan, tatapan, senyuman, kerutan dahi dan keratan tubuhm yang provokatif menyampaikan artinya sendiri.
Komuniasi Tertulis: meiluputi memo, surat, faks, email, pesan instan majalah organisasional penguguman, yang tertempel di papan buletinm atau sarana sarana lain disampaikan melalu tulisan/simbiol.
Komunikasi Nonverbal: Setiap kali memberikan sebuah pesan secara nonverbal kepada seseorang, kita juga menyampaikan pesan nonverbal. sebagai contoh, disebuah bar kaum lajang, pandangan, tatapan, senyuman, kerutan dahi dan keratan tubuhm yang provokatif menyampaikan artinya sendiri.
Komunikasi Organisasi: Cara kerja ini adalah komunikasi antar personal ke komunikasi antar organisasi. fokus kita disisini adalah jaringan komunikasi formal, jaringan komunikasi informal, mekanismebantuan komputer yang digunakan organisasi unutk memfalitasi komunikasi dan topik manajemen pengetahuan yang terkait denganya.
Jaringan Kelompok Kecil Formal.
Jaringan komunikasi formal bisa jadi sangat rumit, misalnya jaringan tersebut mencakup ratusan orang dan setenga lusin atau lebih tingkatan hierarki guna menyederhanakan diskusi ini.
Jaringan Komunikasi Informal
Sistem bukanlah satu satunya jaringan komunikasi dalam sebuah kelompok atau organisasi. ada pula jaringan informal yang disebut desas sesus, meskipun bhukan bersifat informal tidak berarti bawahwa desas desus bukanlah sumber informasi yang oenting.
Komunikasi Berbantuan Komputer.
Dewasa ini, komunikasi di dalam organisasi organisasi diperkuat dan dipertahankan dengan berbagai teknlogi berbantuan komputer, teknologi tersebut meliputi email, pesan instan, telah secara framatis mengurangi jumlaj memo, susrat dan oangilan telepon di masa lalu, digunakan untuk berkomunikais antara mereka sendiri dan dengan para pemasok, pelangan atau pihak Pihak berkepentingan lainya.
Pendekatan Pendekatan Dasar Kepemimpinan
Pendekatan Pendekatan Dasar Kepemimpinan
Definisi Kepemimpinan
Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para ahli di bidang organisasi dan manajemen. Masing-masing memiliki perspektif dan metodelogi pembuatan definisi yang cukup berbeda, bergantung pada pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna menyelidiki fenomena kepemimpinan.
Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai “ ... the ability to influence a group toward the achievement of goals.”[1] Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan. Kata “kemampuan”, “pengaruh” dan “kelompok” adalah konsep kunci dari definisi Robbins.
Definsi lain, yang cukup sederhana, diajukan oleh Laurie J. Mullins.[2] Menurut Mullins, kepemimpinan adalah “ ... a relationship through which one person influences the behaviour or actions of other people.” Definisi Mullins menekankan pada konsep “hubungan” yang melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain. Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal, informal, ataupun nonformal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna mengarahkan kelompok tersebut.
Definisi kepemimpinan yang agak berbeda dikemukakan oleh Robert N. Lussier dan Christopher F. Achua.[3] Menurut mereka, kepemimpinan adalah “... the influencing process of leaders and followers to achieve organizational objectives through change.” Bagi Lussier and Achua, proses mempengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada pengikut atau satu arah melainkan timbal balik atau dua arah. Pengikut yang baik juga dapat saja memunculkan kepemimpinan dengan mengikuti kepemimpinan yang ada dan pada derajat tertentu memberikan umpan balik kepada pemimpin. Pengaruh adalah proses pemimpin mengkomunikasikan gagasan, memperoleh penerimaan atas gagasan, dan memotivasi pengikut untuk mendukung serta melaksanakan gagasan tersebut lewat “perubahan.”
Definisi kepemimpinan juga diajukan Yukl, yang menurutnya adalah “ ... the process of influencing others to understand and agree about what needs to be done and how to do it, and the process of facilitating individual and collective efforts to accomplish shared objectives.”[4] [“... proses mempengaruhi orang lain agar mampu memahami serta menyetujui apa yang harus dilakukan sekaligus bagaimana melakukannya, termasuk pula proses memfasilitasi upaya individu atau kelompok dalam memenuhi tujuan bersama.”]
Definisi kepemimpinan, cukup singkat, diajukan Peter G. Northouse yaitu “ ... is a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal.”[5] [“ ... adalah proses dalam mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu guna mencapai tujuan bersama.”] Lewat definisi singkat ini, Northouse menggarisbawahi sejumlah konsep penting dalam definisi kepemimpinan yaitu:
- kepemimpinan merupakan sebuah proses;
- kepemimpinan melibatkan pengaruh;
- kepemimpinan muncul di dalam kelompok;
- kepemimpinan melibatkan tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah suatu konsep yang kompleks sehingga para ahli mengkaji masalah ini dari aneka sisi. Masing-masing sisi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sebagai contoh, penulis seperti Peter G. Northouse membagi pendekatan kepemimpinan menjadi:
- Pendekatan Sifat (Trait);
- Pendekatan Keahlian (Skill);
- Pendekatan Gaya (Style);
- Pendekatan Situasional;
- Pendekatan Kontijensi;
- Teori Path-Goal;
- Teori Pertukaran Leader-Member;
- Pendekatan Transformasional;
- Pendekatan Otentik;
- Pendekatan Tim;
- Pendekatan Psikodinamik.
Pendekatan sifat termasuk pendekatan kepemimpinan yang paling tua. Pendekatan sifatmenganggap pemimpin itu dilahirkan (given) bukan dilatih atau diasah. Kepemimpinan terdiri atas atribut tertentu yang melekat pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang membedakan pemimpin dari pengikutnya. Sebab itu, pendekatan sifat juga disebut teori kepemimpinan orang-orang besar. Lebih jauh, pendekatan ini juga membedakan antara pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif. Pendekatan ini dimulai tahun 1930-an dan hingga kini telah meliputi 300 riset.
Fokus pendekatan sifat semata-mata pada pemimpin per se. Pemimpin berbeda dengan pengikut akibat ia punya sejumlah sifat kualitatif yang tidak dimiliki pengikut pada umumnya. Setelah merangkum studi yang dilakukan oleh Ralph Melvin Stogdill (1948), Mann (1959), Stogdill (1974), Lord, DeVader, and Alliger (1986), Kirkpatrick and Locke (1991) dan Zaccaro, Kemp, and Bader (2004), Peter G. Northouse menyimpulkan sifat-sifat yang melekat pada diri seorang pemimpin yang melakukan kepemimpinan (menurut pendekatan sifat) adalah sifat-sifat kualitatif berikut:
- Intelijensi – Pemimpin cenderung punya intelijensi dalam hal kemampuan bicara, menafsir, dan bernalar yang lebih kuat ketimbang yang bukan pemimpin.
- Kepercayaan Diri – Kepercayaan diri adalah keyakinan akan kompetensi dan keahlian yang dimiliki, dan juga meliputi harga diri serta keyakinan diri.
- Determinasi – Determinasi adalah hasrat menyelesaikan pekerjaan yang meliputi ciri seperti berinisiatif, kegigihan, mempengaruhi, dan cenderungmenyetir.
- Integritas – Integritas adalah kualitas kujujuran dan dapat dipercaya. Integritas membuat seorang pemimpin dapat dipercaya dan layak untuk diberi kepercayaan oleh para pengikutnya.
- Sosiabilitas – Sosiabilitas adalah kecenderungan pemimpin untuk menjalin hubungan yang menyenangkan. Pemimpin yang menunjukkan sosiabilitas cenderung bersahabat, ramah, sopan, bijaksana, dan diplomatis. Mereka sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan menunjukkan perhatian atas kehidupan mereka.
Sementara itu, secara kuantitatif, pendekatan sifat memilah indikator kepemimpinan yang juga dikenal sebagai The Big Five Personality Factors sebagai berikut:
- Neurotisisme– Kecenderungan menjadi depresi, gelisah, tidak aman, mudah diserang, dan bermusuhan;
- Ekstraversi– Kecenderungan menjadi sosiabel dan tegas serta punya semangat positif;
- Keterbukaan– Kecenderungan menerima masukan, kreatif, berwawasan, dan punya rasa ingin tahu;
- Keramahan– Kecenderungan untuk menerima, menyesuaikan diri, bisa dipercaya, dan mengasuh; dan
- Kecermatan– Kecenderungan untuk teliti, terorganisir, terkendali, dapat diandalkan, dan bersifat menentukan.
Kelima faktor yang dapat dikuantifikasi di atas, lewat sejumlah riset, punya korelasi kuat dengan kepemimpinan-kepemimpinan tertentu di dalam organisasi.
Pendekatan Keahlian punya fokus yang sama dengan pendekatan sifat yaitu individu pemimpin. Bedanya, jika pendekatan sifat menekankan pada karakter personal pemimpin yang bersifat given by God, maka pendekatan keahlian menekankan pada keahlian dan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siapapun yang ingin menjadi pemimpin organisasi.
Jika pendekatan sifat mempertanyakan siapa saja yang mampu untuk menjadi pemimpin, maka pendekatan keahlian mempertanyakan apa yang harus diketahui untuk menjadi seorang pemimpin. Definisi pendekatan keahlian adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan dan kompetensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai seperangkat tujuan. Keahlian, menurut pendekatan keahlian dapat dipelajari, dilatih, dan dikembangkan.
Pendekatan Keahlian terbagi dua : (1) Keahlian Administratif Dasar, dan (2) Model Keahlian Baru. Keahlian Administratif Dasar terdiri atas penguasaan dalam hal: Teknis, Manusia, dan Konseptual.
Keahlian Administratif Dasar. Kepemimpinan banyak didasari oleh tiga keahlian administrasi dasar yaitu: teknis, manusia, dan konseptual. Keahlian-keahlian ini berbeda sesuai sifat dan kualitas seorang pemimpin.
1. Keahlian Teknis. Keahlian ini merupakan pengetahuan mengenai dan kemahiran atas jenis pekerjaan tertentu. Keahlian ini meliputi kompetensi-kompetensi di area spesialisasi tertentu, kemampuan analitis, dan kemampuan menggunakan alat dan teknik yang tepat. Contoh, di perusahaan software komputer, keahlian teknis dapat meliputi pengetahuan bahasa program dan bagaimana memprogramnya, serta memastikan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh para klien.
2. Keahlian Manusia. Keahlian Manusia adalah pengetahuan mengenai dan kemampuan bekerja dengan orang lain. Keahlian ini beda dengan keahlian teknis, di mana keahlian manusia berorientasi manusia, sementara keahlian teknis berorientasi benda.
3. Keahlian Konseptual. Keahlian konseptual adalah kemampuan untuk bekerja dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep. Jika keahlian teknis bicara tentang kerja dengan benda, keahlian manusia bicara tentang kerja dengan manusia, maka keahlian konseptual bicara tentang kerja dengan ide atau gagasan. Pemimpin yang punya keahlian konseptual merasa nyaman tatkala bicara tentang ide yang membentuk suatu organisasi dan dapat melibatkan diri ke dalamnya. Mereka mahir menempatkan tujuan organisasi ke dalam kata-kata yang bisa dipahami oleh para pengikutnya.
Model Keahlian Baru. Model Keahlian Baru dikenal juga dengan nama Model Kapabilitas. Model ini menguji hubungan antara pengetahuan dan keahlian seorang pemimpin dengan kinerja yang ditunjukkan oleh pemimpin tersebut dalam memimpin.
Pendekatan gaya kepemimpinan menekankan pada perilaku seorang pemimpin. Ia berbeda dengan pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik pribadi pemimpin, juga berbeda dengan pendekatan keahlian yang menekankan pada kemampuan administratif pemimpin. Pendekatan gaya kepemimpinan fokus pada apa benar-benar dilakukan oleh pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak. Pendekatan ini juga memperluas kajian kepemimpinan dengan bergerak ke arah tindakan-tindakan pemimpin terhadap anak buah di dalam aneka situasi.
Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu menunjukkan dua perilaku umum : (1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan. Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya tujuan: Mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya. Perilaku hubungan membantu bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan situasi dimana mereka berada. Tujuan utama pendekatangaya kepemimpinan adalah menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis perilaku (kerja dan hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai tujuan organisasi.
Pendekatan gaya kepemimpinan secara singkat direpresentasikan oleh tiga riset yang satu sama lain berbeda. Pertama, riset Ohio State University yang diadakan di akhir 1940-an lewat karya Stogdill (1948), yang memberi perhatian yang lebih dari sekadar sifat dalam mengkaji kepemimpinan. Kedua, riset yang diadakan di University of Michigan yang mengeksplorasi bagaimana kepemimpinan menjalankan fungsinya di dalam kelompok kecil. Ketiga, riset yang diawali oleh Blake dan Mouton di awal 1960-an yang mengeksplorasi bagaimana manajer menggunakan perilaku kerja dan hubungannya dalam konteks organisasi.